Senin, 12 Desember 2016

Kabari

Kabari aku jika kamu tak lagi butuh kabarku
Kabari aku jika kamu bosan denganku                                   
Kabari aku jika kamu tak lagi rindu
Kabari aku jika kamu tak lagi sayang
Kabari aku jika ingin berakhir
Karena aku hanya butuh kabar

Jumat, 02 Desember 2016

Penakut

Ternyata saya penakut sekali
Takut tempat tinggi
Takut lihat darah
Takut disuntik
Mungkin karena itu juga saya nggak jadi dokter. Gimana mau jadi dokter, kao lihat jarum suntik aja takut.
Ternyata saya takut sekali kalau mau diambil darah. Makanya nggak pernah donor. Selain tubuh nggak ideal buat donor, saya emang takut.
Hari ini terbukti sudah ketakutan saya sama jarum suntik dan darah parah sekali. Belum ngambil darah aja udah gemeteran. pakai dibujuk2 lama dulu. Disuruh tiduran dulu. Diajak ngobrol dulu biar nggak terasa sakit. Udah siap ambil darah, malah makin pucat. Pusing. Mual. Mau muntah. Maunya pulang aja. Parah sekali. Saya merasa agak malu. Masak udah umur segini masih takut jarum suntik. Beberapa jam kemudian juga masih ngerasa sakit ditangan yang disuntik itu. Masih terasa perih. Atau perasaan saya aja ya? Takut megang. Takut berdarah lagi.   
Saya nggak bakalan deh, sering2   periksa darah, sering2 disuntik.
Apa pernah trauma? Nggak juga. Dulu pas masih kecil saya pernah disuntik kok. Nangis sih. Pernah ambil darah pula, malah lebih lama. Nangis juga.
Trus saya ingat. Pas masih SMA dulu juga gitu, waktu mau cek golongan darah. Saya malah nggak jadi ikutan, karena udah pucat duluan, darahnya nggak ada di tangan. Saya putar balik kabur ke kelas.
Tapi pas praktikum biologi, saya kepaksa harus cek golongan darah sendiri. Jarinya ditusukin teman.Itupun pake mikir2 lama. Mutar2 lab praktikum dulu liat orang. Nanya2 orang sakit apa enggak. Akhirnya jadi juga, ditusuk dikit. Saya keburu meringis. Temen saya nggak tega. Dikit aja darahnya keluar. Untung abis itu nggak pucat. Nggak pakai acara nangis2.
Pokoknya, jarum suntik, kita musuh !!!

Minggu, 27 November 2016

Jatuh

Dan aku
Berkali kali jatuh pada lubang yang sama
Jatuh hati pada orang yang salah
Berharap pada yang tak membalas
Menolak mereka yang baik
Memgejar mereka yang jauh hatinya
Sampai kapan akan terus terjatuh?

Jumat, 18 November 2016

Harap

Terserah apapun yang terbaik menurut takdir Tuhan. Saya tak pernah berharap terlalu banyak lagi untuk dunia ini.
Kenapa? Kenapa saya tak terlalu banyak berharap lagi? Karena saya tau sekali rasanya bagaimana itu kecewa. Karena saya tau bagaimana sakitnya saat suatu hal tak sesuai dengan harapan kita.
Itulah kenapa, semenjak saya memutuskan untuk tak berharap banyak pada suatu apapun. Saya hanya tak mau merasa kecewa yang mendalam.                        
Biarlah untuk saat ini saya hanya membiarkan semuanya mengalir sesuai dengan kehendak Tuhan, dengan usaha saya, tanpa ada harap yang berlebihan. Tanpa ada harap yang terlalu banyak.

Dari saya, yang takut kecewa jika berharap

Selasa, 08 November 2016

suka sedih

Akhir2 ini saya suka sedih
Sedih karena belum dapat kerja
Sedih karena udah bosan nganggur
Sedih karena nggak tau keinginannya gimana
Sedih karena bingung sama keadaan tanpa tujuan
Sedih karena nggak punya pikiran apa yang mau dilakuin kedepannya
Saya lelah
Semangat saya hilang2 timbul
Lelah nggak tau mau kerja dimana
Lelah sama tes yang nggak tau nyari orang seperti apa
Lelah untuk daftar2 kerja
Tapi juga belum mau lanjutin kuliah
Intinya saya bingung, lelah, bosan, dan itu semua buat sedih

Sabtu, 22 Oktober 2016

Saya bosan.
Kepada hari-hari menunggu
Saya bosan
Kepada hari hari yang penuh ketidakpastian
Saya bosan
Sebelum mendapatkan apa yang saya inginkan
Saya bosan
Jika hanya terus seperti ini

Selasa, 11 Oktober 2016

Hadiah

Kalo menurut gue sih, kalo mau ngasih seseorang hadiah itu nggak harus ada alasan khusus kan? Gue aja pernah beberapa kali ngasih seseorang hadiah tanpa alasan tertentu, Cuma karena pengen ngasih hadiah. Dan untuk ngasih hadiah ke seseorang juga nggak perlu suatu hubungan yang spesial dulu kan? Mungkin biasanya orang yang memberi hadiah itulah yang menganggap orang yang dia beri hadiah adalah seseorang yang spesial.
Waktu orang lain nanya ke gue, “ntar kamu nggak usah dikasih hadiah ya” , saya bingung juga mau jawab apa. Ya itu sih terserah dia mau ngasih hadiah atau nggak. Kalau dia nganggap saya spesial, mungkin bakalan ngasih hadiah, kalo nggak ya mungkin nggak bakalan ngasih hadiah. Udah, gitu aja, saya malas mikirin. Saya juga nggak mau banyak nuntut

Sabtu, 03 September 2016

dulu sekarang

Waw.
Waktu cepat berlalu ya
Dulu, 4 tahun lalu, gue masih nangis2 karena nggak punya kesempatan untuk kuliah jauh2, seperti keinginan gue. Dulu, gue berharap bisa kuliah jauh2 untuk ngelupain kenangan yang tersisa disini, agar ketemu orang yang berbeda, punya pengalaman yang berbeda. Sama sekali nggak berharap ketemu orang2 yang sama. Lebih tepatnya melupakan segala kegalauan hati, segala ketidakpastian yang pernah ada, segala kata2 omong kosong anak SMA.
Sekarang, mungkin gue punya kesempatan untuk kerja lebih jauh. Maksud gue, bukan di kota ini, bukan di provinsi ini. Punya kesempatan untuk tidak ketemu dengan orang2 yang sama. Apalagi dengan peristiwa beberapa waktu belakangan, maunya pergi sejauh mungkin, secepat mungkin dari tempat ini.
Tapi kemudian, apa yang membuat gue malas untuk pergi jauh? Disaat kesempatan itu ada sedikit (Yaaa, meskipun ujung2nya bukan gue yang memastikan sih). Mungkin karena gue menemukan orang2 yang gue sayang disini, antara dia, dia, dan mereka. Entahlah, mungkin itu. Mungkin juga nggak. Meskipun nggak banyak kebahagiaan disini. Kanapa ya? Mungkin alasan lain karena gue malas berpindah2. Malas dengan perubahan2. Malas harus terpisah dengan orang2 yang dekat.
Entahlah, pilihan ini lebih sulit daripada pilihan untuk menentukan dimana kuliah. Pilihan untuk kerja ini lebih rumit. Pertimbangan-pertimbangan, takdir yang entah akan bagaimana, pekerjaan yang entah akan seperti apa.
Pilihan untuk kuliah lebih gampang. Tinggal pilih universitas A, B dan sebagainya. Kalo lulus ya jalani 4 tahun disana. Bisa kurang, bisa berlebih.
Pilihan untuk kerja lebih sulit. Meskipun kita memilih perusahaan A, B dan seterusnya, belum tentu bisa lulus semudah lulus masuk perguruan tinggi. Belum lagi waktu yang akan kita habiskan disana, apakah 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, entahlah, lebih tak pasti. Belum lagi kalau tidak betah, pekerjaan tak sesuai, tempat kerja tak seperti yang diharapkan, akan susah lagi untuk cari pekerjaan lagi, memulai lagi.
Memang, hidup ini berupa pilihan-pilihan. Kita yang menentukan. Dan saat ini gue berada dalam tahap menentukan pekerjaan. Memilih diantara berbagai lowongan pekerjaan. Menunggu ketidakpastian jadwal lowongan pekerjaan. Mencari berbagai info. Menunggu berbagai info. Menunggu panggilan tes.
Wish me luck untuk selanjutnya. Perjuangan di dunia yang sebenarnya baru akan dimulai   

Minggu, 10 Juli 2016

Reunian

Seperti biasa, yang namanya bulan puasa, ada aja yang namanya buka bareng. Kelompok inilah, kelompok itulah, alumni inilah, itulah.
Dan rasa2nya udah dua tahun gak ikut reunian sama teman2 smp ataupun sma.
Kangen sih. Tapi mau gimana lagi, waktu nggak mempertemukan gue dan teman2 lainnya.
Lebaran juga. Udah 2 tahun gak ikut jalan2 lebaran bareng teman2
Tahun lalu, karena sibuk kkn, nggak sempat ketemu teman2. Tahun ini, karena lebarannya nggak di kampung, jadi nggak ketemu teman2 juga.
Ah, tak apalah, setidaknya saya masih sering ketemu sama orang yang paling saya rindukan, karena biasanya juga saat reunian dia orang yang paling saya cari.
#latepost

Jumat, 17 Juni 2016

Ramadhan another story

Kalau galau2an cerita soal ramadhan yaaaa, saya ceritakan sedikit lah. Apalagi temanya kalau bukan tentang saya yang sering berpergian sendiri. Ramadhan kali ini, saya lebih sering di kosan. Buka puasa sendiri, sahur sendiri, ngabuburit sendiri. Dan disinilah kegalauan itu muncul (atau saya sebut itu galau). Yaitu, pertama saat ngabuburit. Seperti biasa saya selalu mengunjungi pasar dadakan terdekat untuk membeli menu berbuka, dan seperti biasa saya selalu sendiri, dan kadang saya berjumpa dengan orang2 yang saya kenal dan lalu mereka berkata “sendiri aja?” saya Cuma bisa menjawab iya sembari tersenyum. Entah sudah berapa kali saya bertemu orang2 yang saya kenal, dan mereka melihat saya jalan sendiri, dan disitulah saya merasa agak sedikit ngenes. Dan mungkin, jomblo sedikit ngenes -____-
Cerita kedua adalah saat sahur. Entah kenapa saya masih teringat2 sahur saya satu tahun yang lalu, saat masih ada yang minta dibangunin pas sahur, dan semacam itu. Sekarang bener2 nggak ada siapapun yang seperti itu.
Cerita ketiga adalah pas berbuka. Dulu, entah kenapa, ada saja yang ngajak berbuka bersama. Sekarang benar2 berbeda. Mungkin ada beberapa kelompok teman. Tapi maksud saya yaaa, seseorang, dan sekarang tak ada yang namanya seseorang itu. 

Ramadhan 1437 H

Selamat bulan ramadhan lagi (selamat yang agak sedikit terlambat lagi)
Alhamdulillah bisa ketemu sama ramadhan tahun ini
Nggak ada yang namanya ramadhan yang persis sama, pasti tiap tahun berbeda. Ramadhan tahun lalu, waktu yang paling banyak saya habiskan bukan di tempat ini. Ramadhan 2 tahun yang lalu juga bukan disini. Ramadhan tahun lalu, saya bersama orang2 yang berbeda. Bertemu dengan orang2 baru. Ramadhan sekarang? Ada orang2 yang juga baru saya temui, juga ada orang2 yang dulunya dekat, sekarang bahkan tak dekat lagi.
Hmmm. Sudah hari ke 13 ramadhan ya. Pertama2 saya akan bercerita tentang pengalaman shalat taraweh dulu. 13 malam ramadhan ini, saya sudah mengunjungi 3 mesjid, dan permasalahan tiap mesjid, saya rasa selalu sama. Atau mungkin permasalahan umatnya (?), yaitu saat shalat malas mengisi shaf yang di depan. Saya tidak tahu kenapa, selalu saja sulit untuk memenuhi shaf depan terlebih dahulu. Orang2 lebih senang berada di shaf yang belakang. Kadang kala, saya bahkan pernah menemui shaf depannya putus.
Permasalahan lain yang saya lihat yaitu, jamaah nya yang anak2. Sering kali ribut, mengobrol, bahkan ada yang teriak2 dan lari2an. Ya, mereka masih anak2 sih, tapi kan seharusnya orangtuanya bisa lebih mengkondisikan anaknya, agar tidak meribut selama di mesjid.

Kamis, 12 Mei 2016

Sehari berlalu, semuanya masih teringat jelas

Dua hari berlalu, masih sama, masih sangat jelas

Seminggu berlalu, masih teringat apa yang telah terjadi

Dua minggu, masih tak bisa melupakan

Sebulan berlalu, kadang teringat

Dua bulan, mulai mencoba untuk melupa

Setahun berlalu, mungkin akan dikenang sebagai setahun lamanya

Dua tahun, tiga tahun, dan tahun tahun berikutnya, semuanya perlahan akan telupa.

Mungkin hanya waktu. Hanya waktu yang bisa melupa akan segalanya.

Kamis, 21 April 2016

kangen dulu

Kangen dulu. Dimana hal yang bikin kesal Cuma pelajaran PPKN.
Kangen dulu, dimana yang bikin nangis Cuma cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Kangen dulu. Dimana keseharian Cuma pergi sekolah, belajar, ekskul, pulang sekolah, bikin peer, nonton, baca komik. Nggak perlu ada yang berubah setiap tahunnya. Tak suka sekarang, dimana kehidupan bisa tiba-tiba berubah, apalagi yang berubah karena orang lain.
Kangen dulu, dimana hujan terasa lebih menyenangkan, dan matahari cerah pun masih buat bahagia, tak masalah cuaca yang bagaimanapun.
Kangen dulu, saat mengilangkan stress dengan mendengarkan music keras-keras sambil bernyanyi dengan suara fals di tempat umum, dan tak perlu merasa malu. Kadang nyanyian itu tak sendiri, ada teman yang menemani. Tak seperti disini, tak bisa lagi bernyanyi-nyanyi seperti itu di tempat umum, terlebih tak ada teman yang seperti itu, atau mungkin sudah terlalu tua untuk melakukan hal yang serupa lagi?
Kangen dulu, saat hanya duduk di sebelah meja seorang teman, masalah bisa sedikit terlupakan.  
Kangen dulu, waktu hidup nggak serumit ini. kangen dulu, waktu segala hal terasa lebih mudah daripada semua ini.
Hanya saja, suatu hal bisa membuat rindu setelah hal tersebut tak lagi terjadi, setelah tinggal menjadi kenangan.

Sabtu, 09 April 2016

Seperti bulan sabit.

Bulan sabit yang tampak dikejauhan seolah-olah hanya berupa garis. Sangat tipis.
Sama seperti semangat ini yang tinggal sedikit, seperti penampakan bulan malam ini. Tipis, hampir tak terlihat.
Sama seperti hati ini yang kembali kosong. Tipis, hampir tak ada harapan pada siapapun.
Apakah keduanya akan sama seperti bulan ? akan penuh pada suatu saat, seiring berjalannya waktu. Akankah semangat ini akan kembali penuh? Jika semua sakit telah tergantikan oleh waktu. Akankah hati ini akan kembali terisi? Jika suatu saat bertemu dengan orang lain.
Samakah seperti bulan? Mungkin tak semua sama. Bahkan bulan yang hanya segaris tipis pun bisa sangat indah. Sedangkan semangat yang menipis? Tidak pernah indah bagi siapapun, tidak bagi diri sendiri, tak juda bagi orang lain.
Ah. Aku harus menunggu lama. Menunggu waktu kapan bisa melupakan segalanya.

Selasa, 05 April 2016

Dan semuanya bilang : ini yang terbaik, lebih baik begini, ini keputusan yang tepat. Dan lain sebagainya, kata2 yang mirip seperti itu. Tapi kenapa malah gue, sebagai tokoh utama, tidak merasakan yang namanya tebaik itu? Gue merasa, gue sebagai tokoh utama yang menderita. Gue merasa sebagai tokoh utama, tidak mendapat sekenario yang baik untuk saat ini.
Sedih? Iya. Kesal? Juga. Benci? Iya, benci sama keadaan yang tidak mengenakkan ini.
2 bulan berlalu. Mungkin benar, hari2 akan tetap terus berjalan. Baik gue berada disana ataupun tidak disana, waktu akan terus berlalu. Mungkin suatu saat ini akan terlupakan. Beberapa tahun kemudian, mungkin.
Hanya saja, segala hal yang terjadi, semuanya terasa sangaaaaaaaattt aneh. Bagi gue ini aneh, entah bagi orang lain mungkin biasa saja. Bagi gue, ini berdampak besar dalam hidup gue. Mungkin yang lain tak berpikir begitu.

Sabtu, 02 April 2016

Dan kemudian gue mikir. Apa sih defenisi normal itu?
Entahlah. Gara2 kejadian yang tak mengenakkan, gue jadi kepikiran. Hidup gue seolah2 berjalan tidak normal, berantakan.
Jadi apa yang sebenarnya maksud normal itu? Mungkin normal itu adalah, disaat kita sudah terbiasa dengan sesuatu. Dan jika sesuatu itu tiba2 saja berubah, kita merasa ada yang tidak normal.

Rabu, 30 Maret 2016

Nanti kalo ketemu gue lagi jalan sendirian aja, jangan tanya gue “kok sendirian?” atau “sendiri aja?” dan pertanyan lain semacam itu. Bukannya kenapa2. Gue emang terbiasa jalan sendiri aja, dan gue emang sering aja jalan sendiri. Lagian, nanti kalo gue jalan berdua sama cowok, malah nanti disangka pacaran, dan cerita2 aneh lainnya.
Dan apa sih salahnya kalau jalan sendiri?
Hey hujan. Kalau kamu bisa menghapus jejak, kali ini bisakah kamu menghapus semua memori buruk ini?

secepat mungkin

Secepat mungkin.
Secepat mungkin bukan berarti secepat kilat. Gue asumsikan sendiri disini yaitu, seberapa cepat waktu yang memungkinkan.
Ya, secepat mungkin meninggalkan segala hal ini. Segala hal disini. Hal yang dulu lumayan menyenangkan, lalu tiba2 berubah menjadi sangat menyebalkan.
Mungkin benar kata salah seorang teman gue, mungkin sebaiknya kuliah itu cuma 3 tahun. 4 tahun terasa lama, dan akhirnya, bagini, saat sesuatu yang menyebalkan terjadi dan wussssss, gue jadi malas untuk disini, di tempat ini.
Semakin lama gue disini, hari2 gue dihabiskan untuk menangis, menangis lagi, dan menangis terus.

Kamis, 24 Maret 2016

Entahlah
Mungkin tak membenci
Mungkin tak takut
Mungkin tak menghindar
Hanya saja
Setelah berbagai hal terjadi
Segalanya menjadi aneh

Minggu, 21 Februari 2016

Berbeda

Matahari masih sama. Masih terbit di tempat yang sama, tenggelam di tempat yang sama.
Waktu masih sama. 1 hari masih 24 jam, 1 jam masih 60 menit, dan 1 menit masih 60 detik.
Keadaan yang tak lagi sama.
Aku tak lagi berada di tempat yang sama seperti beberapa waktu yang lalu.
Aku yang menghabiskan waktu yang berbeda seperti sebelumnya.
Beberapa hal tak lagi sama.
Semangat ku hilang bagai diterbangkan angin, seiring kabar buruk yang diterima.
Buruk? Ya. Hari-hariku terasa lebih buruk.
Terasa tak punya warna.
Kelam. Kelabu. Gelap.
Cahaya yang meredup.

Sabtu, 06 Februari 2016

Sakit parah

Kau harus bisa bisa berlapang dada.
Kau harus bisa bisa ambil hikmahnya. Karena semua semua tak lagi sama.
Entahlah. Mungkin cuma lagu ini yang bisa sedikit menghibur.
Kejadian ini sungguh aneh.
Ini lebih sakit dari sekedar patah hati. Ini lebih sakit daripada sekedar ditolak sama orang yang kita sayang. Ini lebih sakit dari sekedar orang yang kita suka pacaran sama teman sendiri.
Ini sakit. Lebih sakit daripada gagal masuk universitas favorit. Lebih sakit dari pada gagal seleksi masuk organisasi lain.
Sakit sekali.
Entah kapan aku bisa kembali sembuh dari sakit ini.
Mungkin nanti. Beberapa bulan lagi.
Mungkin keadaan akan sangat baik, saat aku tak disini lagi.
Bye. Entahlah. Ini sakitt. :(

Minggu, 17 Januari 2016

suka yang mana

Diantara potongan 24 jam sehari kamu suka yang mana?
Kalau aku? Entahlah, aku sendiri juga bingung. Mungkin aku lebih suka malam. Disaat sendiri, disaat semua perasaan muncul. Terkadang perasaan sedih yang lebih mendalam, terkadang kegembiraan yang meluap-luap. Mungkin kita lebih jujur dengan persaaan kita diwaktu malam, lebih terbuka dengan diri sendiri. Kadang di malam hari kita bermimpi,kadang mimpi indah, tak sedikit juga mimpi buruk. Tapi aku paling suka mimpi indah. Mimpi saat kita benar-benar berbeda dengan kenyataan..
Diantara potongan hidup yang sudah dilalui, kalian suka yang mana?
Kalau aku? Aku mungkin lebih suka saat sekolah dasar (SD) atau Sekolah menengah pertama (SMP) dulu. Dimana saat itu hidup belum sesulit sekarang, belum banyak kewajiban seperti sekarang, belum banyak masalah seperti sekarang. Dimana pertemanan lebih sedikit sederhana dari saat sekarang. Pelajaran yang lebih sederhana.
Diantara potongan hidup semasa kuliah, kalian suka yang mana?
Kalau aku? Aku paling suka potongan saat masih tahun 1. Saat semuanya masih bersama-sama. Saat semuanya belum serumit sekarang. Saat permasalahannya tak sebanyak sekarang. Saat aku menjadi orang yang dianggap, orang yang paling dipercaya. Sekarang? Entahlah, mungkin aku terlihat jelek di mata sebagian orang.

Selasa, 12 Januari 2016

12 januari 2016

Hello penghujung liburan.
Semakin kesini, gue jadi semakin sadar kalo liburan bakalan berakhir. Mungkin ini gara2 tadi gue ke jurusan dan ketemu sama orang-orang yang bias ague jumpa setiap harinya kalau kuliah, mungkin juga karena orang-orang di kosan semakin rame.
Gue nggak apa-apa sih, liburan nggak kemana-mana. Tapi entah kenapa gue malas setiap liburan mau berakhir. Mungkin karena kembali ke aktivitas gue seperti biasa ya? Pergi pagi, pulang sore, bisa jadi malam.
Yaudahalah gitu aja dari gue. Bingung mau ngomong (nulis) apalagi

Selasa, 05 Januari 2016

sama

Kalau lagi-lagi dapat peran menjadi orang yang terluka maka aku bisa apa? Tak ada yang bisa aku lakukan, mungkin memang bukan takdirnya kita bersama. Mungkin sejak saat itu, saat kau lebih dekat dengannya. Mungkin sejak saat itu, saat kau lebih sering bersamanya, menggantikan posisiku yang tak lagi sempat menemanimu. Mungkin sejak saat itu, saat kita tak lagi sempat bertemu sesering dulu. Mungkin sejak sat itu, saat aku tak membalas pesan-pesanmu secepat dulu. Mungkin sejak saat itu, saat aku menyadari aku telah jatuh hati padamu, mungkin saat itu juga kau telah jatuh hati padanya.
Kali ini aku benar-benar telah kalah. Kini telah ada dia yang menemanimu bukan? Kini tak ada lagi pesan-pesan singkat darimu, sekedar pesan basa basi atau entahlah, aku pun tak mengerti dengan ini semua,  sebelum kamu akhirnya benar-benar  bersamanya.
 Tak mengucap selamat, tak membenci. Mungkin itu yang sebaiknya aku lakukan.
Ah, terkadang aku memang merindukanmu, merindukan sedikit pesan-pesan singkatmu seperti dulu, merindukan saat-saat kita bertemu seperti dulu, merindukan senyummu, yang saat itu benar-benar membuatku terpikat. Aku pikir kamu akan menjadi akhir kisah hatiku, tapi ternyata tidak.
Kamu, sekeping yang aku pikir akan berakhir bahagia
Kamu, yang aku pikir sekeping hati yang tersisa.
Ternyata memiliki akhir yang menyedihkan.