Cerita yang sangat terlambat posting
Sekilas laporan tentang ramadhan kali ini yang tentunya bakal berbeda dibanding ramadhan
sebelum2nya. Malam pertama taraweh, mesjid dekat rumah masih menyelenggarakan taraweh, dan saya sendiri, yang rumahnya deket sama mesjid, masih pergi taraweh, dengan berbekalkan masker dan membawa sajadah sendiri. Taraweh tanpa ceramah, yang ada hanya shalat isya, berdoa, habis itu langsung shalat taraweh dan witir. Jumlah jamaah yang hadir? Ya lumayan rame juga sih, 2 shaf bapak2 dan 3 shaf ibu2.
Bagaimana kegiatan puasa saya? Dirumah aja. Ga ngapa2in. Mau produktiff juga hanyalah wacana dari diri sendiri. Eh tapi tadi produktif dikit dong, berhasil menyelesaikan pouch yang sudah berminggu minggu lamanya terbengkalai.
Ga keluar rumah, karna gatau juga mau beli jajan apaan. ‘pasa pabukoan’ juga ga ada, ga kaya ramadhan tahun kemaren, yang saya masih sempat berkeliaran seorang diri mencari menu berbuka, yang entah enak entah tidak. Alasan lain ga keluar rumah karena beberapa hari ini (dan sudah beberapa hari lalu juga sih), mau mengurangi gorengan dan minyak2an, karena batuk saya yang tak kunjung sembuh (entah mengapa, padahal sudah minum berbagai obat).
Dan di ramadhan hari pertama ini jugalah, ditemukan kasus positif pandemi covid 19 pertama di kota saya.
Dan berhubung saat ini provinsi saya menyelenggarakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), maka saya juga mau mengurangi aktivitas di luar rumah, dan kantor saya pun begitu.
Taraweh hari kedua. Mungkin karena sudah ditemukannya kasus pasien positif di kota saya dan dalam rangka berlakunya PSBB, maka mesjid di dekat rumah saya tidak lagi menyelenggarakan taraweh, dan akhirnya saya Cuma tarawehan #dirumahaja.