Kamis, 21 November 2013

Seolah ada di dunia yang berbeda
Mungkin kita tak pernah sama
Kau ada di sana dan aku di sini
Aku yang terlalu cuek, tak bisa mengertimu
Kamu yang terlalu ingin tau tentangku namun aku tak dapat memberi tahumu
Kita yang belum terlalu lama kenal
Mungkin ini semua memang butuh waktu

Kamis, 14 November 2013

Ternyata efek tidak ada kerjaan menimbulkan draft penuh dan menimbulkan sedikit kegalauan #laporansingkathariini
Sedang apa kamu disana wahai cinta tak terbalas?
Apakah kau sudah menemukan sang tambatan hati?
Disini aku masih sering mengenangmu
Mungkin aku terlalu kejam
Mengkhianati seseorang yang menyayangiku dengan sering teringat padamu
“Bantu aku membencimu, ku terlalu mencintaimu, dirimu begitu berarti untukku”
Lagu itu terdengar dari laptopku. Aku begitu menikmatinya. Mungkinkah ini yang sedang ku rasakan? Terlalu mencintai seseorang dan tak mampu melupakannya.
Untuk membencinya pun aku tak bisa, padahal sudah berkali kali ia berbohong, berkali kali memberi harapan kosong, dan sudah berkali kali ia membuat hatiku sakit.
Hey, apakah disana kamu masih mengingat aku? Sudah berapa lama kita tidak bertemu sejak percakapan singkat kita waktu itu?
Ku coba tidak terlalu sering mengingatmu, namun berbagai lagu seperti selalu menghipnotisku kembali untuk ingat semua tentangmu. Aku merindukanmu? Entahlah.
Tiba tiba saja tanganku menggerakan kursor untuk melihat sebuah file, file yang berisi foto foto semua teman teman lamaku, dan tentunya ada fotomu juga. tanganku berhenti menekan next saat melihat fotomu. Ku tatapi fotomu yang sedang tersenyum itu. Ah, mungkin rupamu terlalu indah untuk ku miliki. Kau yang begitu banyak penggemar pastilah tak bisa dibandingkan denganku yang biasa biasa saja. Melihat fotomu selalu membuat hatiku kacau, kadang tersenyum, kadang bersedih.
Malam semakin larut, dan aku masih saja terbayang akan dirimu. Ku matikan laptop yang sejak tadi hidup dan menampilkan fotomu, dan kemudian beranjak ke tempat tidur. Setelah berdoa, aku memejamkan mata, sambil berharap, semoga esok aku bisa sedikit lebih melupakanmu.
“jadi?” ulang Sera
“jadi ya gitu, aku sayang banget sama kamu” ujar Andi di ujung telfonnya. “lalu aku ingin kamu jadi milik aku, can I?”
“yap” jawab Sera seadanya, bingung harus merangkai kata kata seperti apa.
“thanks ya Ser” ujar Andi, terdengar bahagia
“jadi?” tanya Sera lagi.
“jadi apa?”Andi berkata bingung.
“jadi kita pacaran?” tanya Sera lagi, berusaha untuk menahan tawanya, tapi bibirnya jelas jelas sedang tersenyum lebar.
“iya, kita pacaran” jawab Andi.
Sera semakin tersenyum mendengar jawaban Andi itu. Andi, orang yang beberapa bulan lalu sering memenuhi inbox hp nya dan sering menelfonnya akhirnya mengungkapkan perasaannya juga.
“tapi nggak apa apa kan kalau kita mesti hubungan jarak jauh alias LDR gini?” tanya Sera
“nggak apa Ser, aku sayang sama kamu, bagaimana pun juga aku Cuma ingin ngungkapin perasaanku sama kamu, udah lama banget aku pengen bilang, tapi sekarang aja aku baru berani”.
“hmm...” gumam Sera.
“hmm, yaudah, aku bingung harus ngomong apalagi, udahan dulu ya telfonnya, besok aku telfon lagi, bye, and love you”
“oke, love you”
Tiiit, telfon pun diputus. Sera merebahkan dirinya diatas tempat tidur, memikirkan percakapannya barusan dengan Andi. Lalu ia tiba- tiba teringat Kiki, cowok yang disayanginya, tapi tak pernah membalas perasaannya. Beberapa bulan yang lalu, Andi, temannya dulu datang dan memberikan berbagai perhatian kepada Sera.
Sera sendiri tidak yakin perasaannya kepada Andi, tapi jika memang Andi sayang padanya, ia tidak mau menyia nyiakan itu. Sudah sering ia menolak orang orang yang sayang padanya, kali ini ia hanya ingin mencoba untuk membalas perasaan seseorang.
“Andi, ku harap bisa menyayangi kamu seperti kamu sayang sama aku” gumam Sera, lebih kepada dirinya sendiri. Jika ini memang salah satu cara untuk melupakan Kiki, maka Sera akan melakukannya. Ia hanya tidak ingin kecewa karena terus terusan berharap kepada orang yang tak menyayanginya. Saat ini ia hanya ingin membiarkan semuanya berjalan apa adanya dulu, mungkin tidak terlalu memikirkan apa yang akan terjadi jauh ke depannya.

jarang banget

Betewe, 2 hari ngalay2 di kosan enak juga ya, berasa nggak jadi mahasiswi sipil. Enak banget kayak gini, nggak ada kuliah, nggak ad tugas, bisa bangun siang, bisa tidur lebih cepat... ooohh,, tapi masih ada 1 tahap TB lagi yang belum dikerjain, en berhubung belum responsi, gw bingung juga mesti diapain tu tugas. Ntar kalo gw sotoy n bikin duluan tu tugas dan ternyata salah? Mampuslah gw. Dan gw sangat menikmati hari2 ini, meskipun sedikit mono. Tapi nikmati aja. Jarang2 gw bisa ngalay2 kayak gini.
Tapi daripada gw di kosan gw jadi pengen pulkam, udah lama banget nggak pulkam en ketemu sama kucing gw. Tp gw cemas aja, kalo gw pulang n ntar tiba2 disuruh balik ke padang arena ada keperluan mendadak ke kampus (atau lebih tepatnya jurusan ) giamana? Jadi ya gw batal pukam n harus menunggu beberapa minggu lagi untuk bisa pulkam (oh no).

Misteri hilangnya duit 50 ribu

Rasanya baru kemarin gw ngambil duit di atm. Dan seingat gw, gw masih punya duit 50 ribu selembar di dalam dompet, tapi kamarin, setelah gw itung2 duit gw lagi, gw ngerasa duit 50 ribu gw ilang !!! padahal gw nggak ngerasa makai tuh duit, jadi kemanakah duit 50 ribu gw itu?
Setelah mikir2 panjang n mikir2 lagi, gw gak berhasil ingat kemana perginya duit 50 ribu itu. Hilang? Jatuh? Atau gw belanjain tp gw lupa? Ah, entahlah.
Saking galaunya gw mikirin tu duit, sampai2 kebawa mimpi segala. Kalo di dalam mimpi mah gw akhirnya nemu tu duit, terselip di dompet. Lalu tadi pagi begitu bangun gw langsung ngecek dompet, ternyata gak ada duit nyelip tuh, dan gw dibohongi oleh mimpi sendiri.

Rabu, 13 November 2013

Pertemuan lagi dengannya setelah sekian lama, dan aku rasa, perasaan itu masih ada. Entah kenapa sangat sulit untuk bersikap wajar kepada seseorang yang pernah kita cintai.
Mungkin baginya perasaan yang dulu telah lama hilang. Tapi bagiku, tidak semudah itu. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan semua kenangan manis yang dulu selalu ada. Bahkan, hal sederhana pun, saat jatuh cinta tetap terasa manis.
Mungkin baginya aku hanyalah sebuah kisah dari masa lalu, yang tidak begitu penting, yang sama saja dengan orang-orang lainnya. Tidak sepertiku yang begitu mengistimewakannya.
Ku putuskan mungkin kini saatnya aku harus melupakannya. Melupakan cintanya. Berhenti berharap. Berhenti berkhayal tentangnya.
Orang bilang, untuk melupakan seseorang dibutuhkan orang lain. Tapi, ku kira aku hanya akan melupakannya, tanpa berusaha untuk mencari hati yang baru.
Malam yang sunyi. Sayup-sayup terdengar bunyi gitar dari kos sebelah. Ku main2kan hp yang sejak tadi ku pegang. Kosong. Tak ada sms ataupun telfon yang masuk. Tentu saja.
Ku buka facebook, untuk sekedar melihat berita terbaru. Ternyata ada pesan dari seorang teman yang bertanya, “hey Dini, udah lama gak ketemu. Gimana kabar Vino?”. Loh, bukannya menanyakan kabarku, tapi malah menanyakan kabar orang lain. Mungkin lebih tepatnya menanyakan kabar mantan gebetanku. Mantan gebetan? Ya, mungkin memang lebih tepat disebut dengan mantan gebetan.
Huh, pertanyaan itu malah membuatku tambah galau saja. Jangankan tau kabar Vino, aku saja tak tau dimana Vino berada sekarang.
Aah, hal ini membuatku jadi mengingat hal yang ingin aku lupakan. Vino. Bagaimana ya, kabarnya?
Sudah lama tak ada pesan dari vino, tak seperti dulu. Dulu, meskipun pesan itu hanya sekedar memanggil namaku, itu sudah membuatku senang. Tapi sekarang? Tak ada satupun sms dari vino.
Vino, vino. Berulang kali aku mengucapkan nama itu dalam hatiku, dan aku jadi teringat segala hal tentang vino, tentang sikap baiknya padaku, tentang kata-kata yang pernah diucapkannya. Mungkin memang bodoh berharap masa lalu akan terulang kembali, tapi aku selalu saja berharap. Dulu orang-orang selalu bilang kalau vino menyukaiku, tapi aku tak pernah mendengar kata-kata itu langsung darinya, hanya kata orang lain.
Dan sekarang, bagaimana mungkin aku masih bisa berharap jika vino mempunyai perasaan yang sama denganku, kami bahkan sudah tidak pernah bertemu lagi.
Huft, mungkin sudah saatnya aku move one dan melupakan vino, tapi, aku rasa bukan sekarang wakrunya. Mungkin suatu saat. Mungkin beberapa hari lagi, beberapa minggu lagi, beberapa bulan lagi, atau bahkan beberapa tahun lagi.
Aku merindukannya. Cuma itu yang bisa ku katakan. Lagi2 aku merindukannya. Entah kenapa, untuk kai ini sangat sulit bagiku untuk MOVE ON. Orang bilang untuk melupakan sesorang dibutuhkan orang lain, tapi aku terlalu takut untuk jatuh cinta lagi, mungkin, aku terlalu takut akan terluka lagi. Saat ku berpikir telah menemukan seseorang yang tepat, ternyata hatinya telah ada yang memiliki. Apa yang bisa ku lakukan? Mungkin tidak ada. Mungkin, yang bisa ku lakukan adalah menutup hati ini, sampai suatu hari ada orang yang benar2 mencintaiku. Mungkin Cuma itu.

Terkadang saya merasa menjadi ketua kelas.

Kadang, saya merasa menjadi ketua kelas, padahal saya ini tidak punya jabatan lho, di struktur kelas. Oke, baiklah, mungkin jika ada jabatan namanya jarkom, alias jaringan komunikasi, maka jabatan saya adalah seorang jarkom. Kenapa? Karena saya sering menjarkomkan (memberi informasi).
Tapi kadangkala (atau sering kali?) orang2 bertanya kepada saya seperti : kuliah hari ini apa? Ada tugas kuliah nggak? Dosennya datang atau nggak? Dan pertanyaan2 sejenis itu.
Dan terkadang juga saya berpikir : loh, emangnya kenapa nanya saya, kenapa nggak tanya ketua kelas aja.
Pertanyaan2 seperti itu bisa saya jawab sih, tapi tentu aja nggak secara keseluruhan. Ada juga pertanyaan yang saya nggak tau jawabannya apa.
Kadang pertanyaan2 seperti itu mengganggu saya di pagi hari. Di saat saya sedang tertidur nyenyak, saya harus terpaksa bangun untuk membalas sms. Tapi, kadangkala, pertanyaan itulah yang membangunkan saya di saat yang tepat. Misalnya saat saya ketiduran. Dan cuma saat itulah saya bersyukur ada yang membangunkan saya.
Tujuan.
Hidup mungkin memang perlu tujuan ya, agar ada sesuatu yang bisa dilakukan dengan jelas. Agar punya sedikit semangat untuk melakukan sesuatu. Kalau hidup tidak punya tujuan, mungkin ada sedikit kehampaan. Yang bisa dilakukan hanya pasrah menjalani sesuatu.