Selasa, 03 Desember 2013

“aku merindukanmu. Bisakah kita bertemu?” ragu2 aku menekan tombol sent pada handphoneku. Lalu aku berpikir kembali. Bolehkah aku mengirim pesan seperti ini? Ku tekan tombol delete. Layar itupun kembali kosong. Terlalu takut untukku mengirim sebuah pesan, mengatakan bahwa aku merindukannya dan sangat ingin bertemu dengannya.
Ku tatapi sederet angka pada layar handphone ini, nomor yang sudah aku hafal di luar kepala, karena terlalu sering ku lihat. “telfon, tidak, telfon, tidak” ucapku dalam hati berulang kali. Jika nanti aku menelfonnya, apa yang akan ku katakan? Bahkan untuk menyapanya seperti biasa sangat sulit.
Tahukah dia bahwa aku sangat merindukannya? Pernahkah dia merindukanku? Pertanyaan itu selalu saja muncul. Entah kenapa tiba2 aku menjadi sangat merindukannya. Ku batalkan niatku untuk menelfonnya, dan dengan jari2ku aku mencari fotonya di handphoneku. Ku amati foto yang sudah beberapa tahun ku simpan itu, ku amati senyumnya yang begitu manis, senyuman yang dulu selalu membuatku bahagia hanya dengan meihatnya saja. Tanpa terasa, air mataku menetes, teringat lagi semua kenangan yang pernah ada. Teringat lagi tentang senyumnya yang selalu mampu mengusir kesedihanku.
Beberapa saat kemudian, ku letakkan kembali handphoneku di atas meja, dan ku rebahkan diri diatas tempat tidur, mencoba untuk tidur dan sedikit melupakannya.. Aku hanya meyakini dalam hatiku, jika Tuhan menakdirkan kami untuk bertemu, kami pasti akan bertemu, mungkin tidak sekarang. Mungkin, suatu hari nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar